wisedameapp.com – Pemimpin de facto Suriah yang baru, Ahmed al-Sharaa, menyatakan bahwa negaranya sudah lelah perang dan tidak akan menjadi ancaman bagi negara-negara tetangga atau negara-negara Barat. Dalam wawancara eksklusif dengan BBC di Damaskus, Sharaa menegaskan komitmennya untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung selama lebih dari satu dekade dan membangun masa depan yang lebih damai bagi rakyat Suriah.
Ahmed al-Sharaa, yang sebelumnya dikenal dengan nama samaran Abu Mohammed al-Jolani, adalah pemimpin Hayat Tahrir al-Sham (HTS), kelompok dominan dalam aliansi pemberontak yang berhasil menggulingkan rezim Bashar al-Assad kurang dari dua minggu lalu. Serangan kilat yang dipimpin oleh Sharaa ini menandai berakhirnya kekuasaan totaliter Assad dan dimulainya era baru bagi Suriah.
Dalam wawancaranya, Sharaa menyerukan agar sanksi-sanksi internasional yang diberlakukan terhadap Suriah dicabut. “Sekarang, setelah semua yang terjadi, sanksi-sanksi harus dicabut karena sanksi-sanksi tersebut ditujukan kepada rezim lama. Korban dan penindas tidak boleh diperlakukan dengan cara yang sama,” kata Sharaa.
Selain itu, Sharaa juga menuntut agar HTS dihapus dari daftar organisasi teroris yang ditetapkan oleh PBB, AS, Uni Eropa, dan Inggris. HTS awalnya ditetapkan sebagai organisasi teroris karena merupakan kelompok sempalan al-Qaeda, namun telah memisahkan diri sejak 2016 dan berupaya mengubah citranya menjadi lebih moderat.
Sharaa menegaskan bahwa HTS bukanlah kelompok teroris dan tidak menargetkan warga sipil atau wilayah sipil. Ia bahkan mengklaim bahwa HTS adalah korban kejahatan rezim Assad. “Kami tidak menginginkan Suriah menjadi Afghanistan versi baru. Suriah memiliki tradisi dan pola pikir yang berbeda,” kata Sharaa.
Sharaa juga menyatakan komitmennya untuk pendidikan, terutama bagi perempuan. “Kami telah memiliki universitas di Idlib selama lebih dari delapan tahun, dan persentase perempuan di universitas lebih dari 60%,” ujarnya.
Respons internasional terhadap perubahan kepemimpinan di Suriah cukup signifikan. Diplomat AS untuk pertama kalinya bertemu dengan penguasa judi bola baru Suriah, menandakan langkah awal dalam membangun hubungan diplomatik baru. Delegasi AS yang dipimpin oleh Barbara Leaf, pejabat tinggi Kemenlu AS untuk Timur Tengah, dan Daniel Rubinstein, diplomat veteran yang berpengalaman di dunia Arab, akan bertemu dengan perwakilan HTS serta sejumlah lembaga swadaya masyarakat prodemokrasi.
Masa depan Suriah kini berada di tangan pemimpin baru ini. Sharaa berjanji akan membentuk komite ahli hukum untuk menulis konstitusi baru yang akan memutuskan berbagai kebijakan, termasuk yang berkaitan dengan hak-hak penduduk dan hukum negara. “Setiap penguasa atau presiden harus mematuhi hukum,” kata Sharaa.
Dengan pernyataan Ahmed al-Sharaa, Suriah menunjukkan komitmennya untuk mengakhiri perang dan membangun perdamaian. Langkah-langkah yang diambil oleh pemimpin baru ini akan sangat menentukan masa depan negara dan rakyatnya. Semoga Suriah dapat segera pulih dari konflik yang telah lama merundungnya dan membangun masa depan yang lebih baik dan damai.